Kamis, 05 Mei 2011
Rabu, 04 Mei 2011
Foto-foto Menakjubkan Permukaan Bumi
Sejumlah foto yang dirilis oleh NASA terkait Hari Bumi 22 April lalu memperlihatkan sisi lain keindahan planet bumi ketika dilihat dari luar angkasa. Sebagian besar foto-foto ini diambil dengan teknologi Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER) yang dipasang di satelit Terra milik NASA.
Foto gletser Susitna di Alaska diambil dari satelit Terra milik NASA pada 27 Agustus 2009. Foto: NASA and U.S./ Japan ASTER Science
Erupsi Gunung Cleveland pada 23 Mei 2006 difoto dari Stasiun Luar Angkasa Internasional. Foto: nasa.gov
Kerusakan akibat gempa di Haiti difoto dari pesawat luar angkasa Terra milik NASA pada 21 Januari 2010. Foto: NASA and U.S./ Japan ASTER Science Team
Pulau Eleuthera di perairan Bahama difoto dari Stasiun Luar Angkasa Internasional pada 2002. Foto: nasa.gov
Foto danau Dagze di Tibet diambil dari satelit milik NASA. Foto: NASA and U.S./ Japan ASTER Science Team
Gerhana matahari pada 1 Agustus 2008 di kawasan Rusia dan sekitarnya difoto dari satelit Terra milik NASA. Foto: NASA
Taman Nasional Tassili n’Ajjer di Aljazair Tenggara difoto dari satelit Landsat 7 tahun 2000. Foto: NASA
Foto sungai Lena di Siberia diambil dari satelit milik NASA. Foto: NASA
Foto lembah McMurdo di Antartika diambil dari satelit Terra milik NASA. Foto: NASA and U.S./ Japan ASTER Science Team
Foto padang pasir Rub' al Khali di Semenanjung Arab diambil dari satelit Terra milik NASA pada 2 Desember 2005. Foto: NASA and U.S./ Japan ASTER Science Team
Foto sungai Lena di Siberia diambil dari satelit milik NASA. Foto: NASA
jangan lupa komentnya ya
Foto gletser Susitna di Alaska diambil dari satelit Terra milik NASA pada 27 Agustus 2009. Foto: NASA and U.S./ Japan ASTER Science
Erupsi Gunung Cleveland pada 23 Mei 2006 difoto dari Stasiun Luar Angkasa Internasional. Foto: nasa.gov
Kerusakan akibat gempa di Haiti difoto dari pesawat luar angkasa Terra milik NASA pada 21 Januari 2010. Foto: NASA and U.S./ Japan ASTER Science Team
Pulau Eleuthera di perairan Bahama difoto dari Stasiun Luar Angkasa Internasional pada 2002. Foto: nasa.gov
Foto danau Dagze di Tibet diambil dari satelit milik NASA. Foto: NASA and U.S./ Japan ASTER Science Team
Gerhana matahari pada 1 Agustus 2008 di kawasan Rusia dan sekitarnya difoto dari satelit Terra milik NASA. Foto: NASA
Taman Nasional Tassili n’Ajjer di Aljazair Tenggara difoto dari satelit Landsat 7 tahun 2000. Foto: NASA
Foto sungai Lena di Siberia diambil dari satelit milik NASA. Foto: NASA
Foto lembah McMurdo di Antartika diambil dari satelit Terra milik NASA. Foto: NASA and U.S./ Japan ASTER Science Team
Foto padang pasir Rub' al Khali di Semenanjung Arab diambil dari satelit Terra milik NASA pada 2 Desember 2005. Foto: NASA and U.S./ Japan ASTER Science Team
Foto sungai Lena di Siberia diambil dari satelit milik NASA. Foto: NASA
jangan lupa komentnya ya
Ukuran Alam Semesta 250 Kali Lipat Lebih Luas
VIVAnews - Apakah alam semesta memiliki ukuran pasti atau tak terbatas? Berhubung ukuran alam semesta yang dapat dilihat semakin meluas, benda berjarak terjauh yang bisa dilihat menjadi jauh lebih tua dibanding yang diperkirakan yakni sekitar 14 miliar tahun.
Diketahui, photon pada latar belakang gelombang mikro kosmik telah menempuh waktu 45 miliar tahun untuk tiba di Bumi. Itu berarti, alam semesta yang terlihat oleh mata setidaknya memiliki ukuran seluas 90 miliar tahun cahaya.
Namun demikian, ternyata alam semesta jauh lebih luas lagi. Ini bisa diketahui berkat analisis statistik yang dibuat oleh Mihran Vardanyan dan rekan-rekannya, peneliti dari University of Oxford.
Menurut Vardanyan, seperti dikutip dari Daily Galaxy, Rabu 4 Mei 2011, kunci dari mengetahui ukuran sebenarnya dari alam semesta adalah dengan mengukur lengkungannya.
Sebelumnya, astronom memiliki beberapa metode untuk mengukur lengkungan tersebut. Salah satunya, menurut Technology Review dari Massachusetts Institute of Technology, adalah menggunakan objek yang berada di jarak jauh yang sudah diketahui ukurannya dan membandingkan dengan seberapa besar ia terlihat.
Jika objek itu tampak lebih besar dibanding seharusnya, alam semesta tertutup. Jika ukurannya tampak sama seperti seharusnya, alam semesta berbentuk datar. Namun, jika lebih kecil, berarti alam semesta terbuka (tak terhingga).
Masalahnya, saat ilmuwan mengamati berbagai data dari bermacam model, mereka mendapatkan jawaban yang berbeda-beda untuk mengetahui jawaban pasti seputar lengkungan dan ukuran alam semesta. Lalu, mana yang paling akurat di antaranya?
Terobosan yang diambil Vardanyan dan timnya disebut dengan nama Bayesian model averaging. Teknik ini lebih cerdas dibandingkan dengan menggunakan pengukuran lengkungan yang umum digunakan ilmuwan untuk menjelaskan data yang mereka miliki.
Menurut permodelan yang dibuat Vardanyan, lengkungan alam semesta sangat dekat dengan 0. Dengan kata lain, kemungkinan besar, alam semesta berukuran datar.
Sebuah alam semesta yang berbentuk datar juga bisa tak terbatas. Dan kalkulasi yang dibuat oleh Vardanyan juga konsisten dengan hal ini. Dari perhitungan, alam semesta memiliki ukuran setidaknya 250 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan Hubber volume yang berukuran 13,8 miliar tahun cahaya. (art)
• VIVAnews
Diketahui, photon pada latar belakang gelombang mikro kosmik telah menempuh waktu 45 miliar tahun untuk tiba di Bumi. Itu berarti, alam semesta yang terlihat oleh mata setidaknya memiliki ukuran seluas 90 miliar tahun cahaya.
Namun demikian, ternyata alam semesta jauh lebih luas lagi. Ini bisa diketahui berkat analisis statistik yang dibuat oleh Mihran Vardanyan dan rekan-rekannya, peneliti dari University of Oxford.
Menurut Vardanyan, seperti dikutip dari Daily Galaxy, Rabu 4 Mei 2011, kunci dari mengetahui ukuran sebenarnya dari alam semesta adalah dengan mengukur lengkungannya.
Sebelumnya, astronom memiliki beberapa metode untuk mengukur lengkungan tersebut. Salah satunya, menurut Technology Review dari Massachusetts Institute of Technology, adalah menggunakan objek yang berada di jarak jauh yang sudah diketahui ukurannya dan membandingkan dengan seberapa besar ia terlihat.
Jika objek itu tampak lebih besar dibanding seharusnya, alam semesta tertutup. Jika ukurannya tampak sama seperti seharusnya, alam semesta berbentuk datar. Namun, jika lebih kecil, berarti alam semesta terbuka (tak terhingga).
Masalahnya, saat ilmuwan mengamati berbagai data dari bermacam model, mereka mendapatkan jawaban yang berbeda-beda untuk mengetahui jawaban pasti seputar lengkungan dan ukuran alam semesta. Lalu, mana yang paling akurat di antaranya?
Terobosan yang diambil Vardanyan dan timnya disebut dengan nama Bayesian model averaging. Teknik ini lebih cerdas dibandingkan dengan menggunakan pengukuran lengkungan yang umum digunakan ilmuwan untuk menjelaskan data yang mereka miliki.
Menurut permodelan yang dibuat Vardanyan, lengkungan alam semesta sangat dekat dengan 0. Dengan kata lain, kemungkinan besar, alam semesta berukuran datar.
Sebuah alam semesta yang berbentuk datar juga bisa tak terbatas. Dan kalkulasi yang dibuat oleh Vardanyan juga konsisten dengan hal ini. Dari perhitungan, alam semesta memiliki ukuran setidaknya 250 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan Hubber volume yang berukuran 13,8 miliar tahun cahaya. (art)
• VIVAnews
Langganan:
Postingan (Atom)